Tips Memangkas Boros Kata dalam Menulis

Njelimet.

Itu komentar paling sering aku dapatkan saat menulis. Seakan-akan mencerminkan isi kepalaku yang sungguh mumet. Kadang tidak jelas apa ide yang ingin disampaikan. Semua pembahasan seolah tanpa jeda, sehingga orang yang membaca sampai kehabisan nafas.

Setelah mendapat dan memberikan umpan balik sana-sini. Ada satu hal yang menjadi penyebab sulitnya tulisan kita dibaca orang lain, yaitu pemborosan kata. Apa itu?

Sesuai namanya, boros, artinya kita menggunakan kata secara berlebihan. Saat kita seharusnya bisa menjelaskan ide kita dalam 10 kata, malah bertambah menjadi 20 kata. Memang membuat jumlah kata dari tulisan kita menjadi bertambah, namun apakah membuat ide bertambah jelas? Karena kuantitas tak selamanya mencerminkan kualitas.

Beberapa contoh pemborosan yang terjadi diantaranya:

  • Menggunakan pengulangan kata yang tak perlu, seperti “maju ke depan”, “turun ke bawah”, dsb. Padahal kita sudah bisa menangkap maknanya kalau hanya menulis kata “maju”, “mundur”, dll.
  • Menggunakan banyak kata “yang” di dalam satu kalimat.
  • Menulis kalimat tanpa henti dan hanya dipisahkan dengan tanda koma. Ini sering terjadi karena kita terburu-buru saat mengungkapkan ide pertama kali dan lupa untuk mengedit.
  • Menggunakan kata yang sama berulang-ulang bahkan di satu paragraf. Ini termasuk pemborosan satu kata, yang membuat tulisan kita cenderung monoton dan tidak menarik.
  • Penggunaan kalimat majemuk bertingkat yang tidak tepat.

Nah, contoh-contoh pemborosan kata ini sebenarnya bisa dicegah dengan melakukan swasunting sebelum kita menyelesaikan tulisan kita. Swasunting ini seringkali terlewat karena kita terburu-buru dalam menulis atau memang kita tidak tahu apa yang harus diperbaiki dari tulisan kita. Padahal nyawa sebuah tulisan akan muncul setelah proses penyuntingan ini terjadi.

Oleh karena itu, kali ini aku akan berbagi beberapa tips yang bisa dilakukan untuk melakukan swaedit.

1. Pahami dan terapkan PUEBI

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) adalah senjata yang harus dikuasai oleh semua penulis. Mau bagaimanapun gaya kepenulisan yang dimiliki, prinsip-prinsip ejaan di dalam PUEBI ini hendaklah dipenuhi. Sebab PUEBI sudah dirancang sedemikian rupa agar pembaca bisa memahami maksud sebuah tulisan. Coba saja, ketika kita membaca tulisan yang sesuai PUEBI, rangkaian kata itu akan dengan mudahnya terstruktur di dalam kepala kita. Memudahkan untuk dibaca, sehingga mudah dicerna.

2. Gunakan kalimat sederhana

Kalimat sederhana berarti kita menggunakan prinsip S-P-O-K dalam pembuatan kalimat kita. Saat dulu masih di bangku sekolah atau yang sekarang masih sekolah, tentu ingat dengan istilah ini. Mungkin tak henti-hentinya kita diminta untuk menganalisis letak masing-masing fungsi di dalam kalimat. Namun, percayalah kalimat yang menggunakan prinsip ini paling mudah dibaca. Tanpa pusing, tanpa mikir.

3. Hindari kalimat majemuk bertingkat

Kalau ini teman dari poin kedua. Bukan tidak boleh, tapi batasi hanya dipakai sekali dalam sebuah paragraf. Kegunaannya pun untuk menggabungkan dua kalimat yang memang tak bisa dipisah satu sama lain. Kalau memang masih bisa sendiri-sendiri maka gunakan prinsip kalimat sederhana.

4. Perbanyak kosakata

Boros kata yang sama akan membuat tulisanmu membosankan. Jadi, tambahlah kosakata dengan lebih banyak membaca, bisa juga dengan mencari padanan kata di KBBI atau kamus sinonim. Namun, tetap harus diperhatikan kesesuaian penggunaan kata sinonim dengan konteks kalimat yang kita buat, ya.

Intinya, boros kata hanya bisa diperbaiki dengan melakukan swasunting pada tulisan kita. Semakin sering kita melakukan suntingan, maka akan semakin piawai pula kita menulis dengan efektif dan efisien. Efektif tidak membuang-buang kata, efisien dalam menyampaikan ide kita.

Terkadang banyak yang merasa lemah melakukan swasunting karena beragam alasan. Namun, swasunting adalah proses yang harus dijalani untuk meningkatkan kualitas kita sebagai penulis. Sebab saat melakukannya, terkadang ide baru akan muncul dan menambah kaya tulisan kita.

Jangan pula merasa swasunting itu melelahkan karena harus membaca lagi tulisan kita. Lelah yang kita lakukan di awal akan memberi kita lebih banyak kemudahan nantinya. Mudah dalam menyampaikan ide dan menjangkau pembaca kita. Kalau kita saja tidak mau membaca tulisan sendiri, bagaimana orang lain mau membaca tulisan kita?

Jangan sampai kita menulis, tetapi menjadi tidak bermanfaat karena orang enggan membaca tulisan kita yang dianggap menyusahkan. Tekankan orang lain tidak bisa membaca isi pikiran kita, maka kitalah yang harus memudahkan mereka menyetujui apa yang kita pikirkan. Lewat apa lagi, selain tulisan kita.

Terakhir, tidak ada tulisan yang sempurna dalam sekali tulis. Jadi, jangan pernah ragu melakukan swasunting. Latih dan terus berlatih. Bisa jadi hari ini kita boros menggunakan kata, nantinya kita bisa menulis dalam sekejap mata karena sudah terbiasa untuk menyampaikan kata.

Selamat menulis!