Jurnal Buncek #14: Kepompong 2: Terus Belajar Berkata Baik

Duh, belajar untuk terus menerus berkata baik itu sunggung sulit, ya. Di pekan kedua ini aku masih dengan semangat yang sama, belajar berkata baik atau diam saja. Ingin tahu, seberapa konsisten perilaku ini bisa aku lakukan setelah kemarin menjalaninya selama satu pekan.

Indikator yang digunakan masih sama:

  • EXCELLENT (4): ketika selama satu hari tidak ada perilaku marah-marah yang ditampilkan kepada anak-anak, pasangan, dan orang lain.
  • VERY GOOD (3): ketika selama satu hari ada 1-2 perilaku marah-marah yang ditampilkan kepada anak-anak, pasangan, dan orang lain.
  • SATISFACTORY (2): ketika selama satu hari ada setidaknya 3-5 perilaku marah-marah yang ditampilkan kepada anak-anak, pasangan, dan orang lain.
  • NEED IMPROVEMENT (1): ketika selama satu hari ada lebih dari 5 perilaku marah-marah yang ditampilkan kepada anak-anak, pasangan, dan orang lain.

Nah, kali ini ditambah satu pihak lagi, yaitu orang lain, bisa teman, saudara, orang tua. Alasannya, biar bisa makin luas saja menerapkannya. Walaupun mungkin, dalam praktik sehari-hari tetap saja lebih banyak berurusan dengan anak-anak dan pasangan. Selain itu, hubungan dengan orang lain juga kadang memengaruhi bagaimana interaksiku dengan anak-anak dan pasangan. Jadi, penting kali ini untuk memperhatikan pihak satu ini.

Namun, setelah menjalani sepekan, ternyata, eh ternyata, polanya masih sama. Terjadi kegagalan di hari kedua. Kenapa, ya? Setelah ditelisik-lisik, apakah karena hari itu sedang ada banyak tumpukan pikiran? Atau karena ada beban kesuksesan di hari pertama? Atau karena loss control saja di hari tersebut? Hmm… sepertinya alasannya yang terakhir. Masih belum bisa istiqomah saja untuk bertahan agar bisa terus berkata baik atau diam.

Namun, kalau dihitung tetap masih dalam persentase di atas 80%. He, he, he. Apakah karena memang interaksinya yang juga ga terlalu intens, ya? Karena ada akhir pekan ketika anak-anak banyak di tempat mertua. Selain itu, ada hari saat suami tidak ada di rumah karena sedang WFH? Tetap saja, ada banyak faktor yang mewakili sebenarnya. Namun, satu sebab yang pasti lagi-lagi harus memperhatikan kesejahteraan diri biar tetap bisa menjaga pikiran, perasaan, dan perilaku agar tetap positif.

Gak muluk sebenarnya, cukup dengan mengurangi beban pikiran saja dengan menyelesaikan urusan yang tertunda. Di saat ini aku makin menyadari, jangan-jangan selama ini aku yang kebanyakan punya kerjaan ya. Sibuk sana-sini sehingga menambah beban pikiran yang sebenarnya sudah banyak. Bahkan mungkin mengabaikan kewajiban yang sebenarnya sudah diemban selama ini. Kewajiban utama: sebagai ibu dan istri.

Ya, sebagai ibu dan istri saja tugas kita sudah banyak. Lalu, mengapa kita sebagai perempuan masih memaksakan begitu banyak tugas-tugas lain di luar itu untuk diemban? Walau mungkin ada banyak perempuan di luar sana yang terlihat sukses menjalankannya, apakah benar kita cocok untuk melakukannya?

Mengukur batas untuk memahami sejauh mana kita harus mengemban tugas, menurutku itu adalah insight penting dalam puasa kali ini. Tahu sejauh mana beban yang bisa dipikul, agar tidak memengaruhi tugas utama di dunia ini, tugas yang telah kita pilih dan dipilihkan untuk kita. Karena tidak semua orang harus sama, tidak semua harus kita yang melakukannya.

Bagaimanapun kita hanyalah manusia yang punya keterbatasan. Bukan super woman yang bisa melakukan semuanya. Sebagai ibu saja kita punya banyak tugas, bagaimana mungkin kita menambahnya dengan hal-hal lain di luar kewajiban kita. Sekali lagi, aku teringat pesan suami, “Jangan sampai yang kamu lakukan di luar membuatmu lupa akan kewajibanmu di dalam.” Sebuah pesan yang menyiratkan, ada tanggung jawab lebih besar bagi kita di rumah, dibanding menjadi terkenal di luar sana.

Puasa kali ini menjawab, sudah waktunya untuk kembali menelaah agar semua tugas dalam peran itu tuntas, tanpa banyak menambah beban pikiran dan perasaan.

Oiya, secuplik surat untuk buddy-ku di pekan kedua ini. Semoga menambah booster dalam menjalankan puasa dipekan berikutnya, ya.

Leave a comment