Menjajal Mudik Lewat Tol Transumatra

Mudik kali rasanya sangat berbeda. Pertama kalinya menjajal tol transumatra di masa puncak arus balik. Sebelumnya, aku sudah menjajal tol ini sebanyak dua kali. Namun, di waktu biasa, bukan masa mudik lebaran.

Keputusan untuk mudik ini sebenarnya dilakukan mendadak. Karena sudah tiga tahun juga tidak menghabiskan hari raya di kota kelahiran. Awalnya cek harga pesawat yang mendekati hari raya. Duh, cukup menguras kantong untuk tiket PP bagi lima orang.

Akhirnya, memutuskan untuk menempuh perjalanan menggunakan moda transportasi darat. Konsekuensinya harus merasakan mudik di hari puncak karena suami tidak dapat jatah libur selain tanggal merah hari raya. Well, antara khawatir tetapi juga bersemangat karena akan menikmati suasana mudik yang selama hanya bisa dilihat di layar kaca.

Kita mengambil tanggal 30 April dini hari untuk berangkat. Dengan pertimbangan akan menghabiskan waktu di kapal sebelum matahari terbit agar melewati tol transumatra saat hari sudah terang. Hati sudah mantap Dan persiapan dengan menyelesaikan satu per satu tanggungan pun dilakukan.

Akan tetapi, tibalah pekan mudik di tanggal 27 April. Kami terkejut dengan situasi pelabuhan Merak yang sudah sangat padat. Buru-buru menanyakan kabar ke grup WA yang berisikan teman-teman sekampung untuk menanyakan situasi terkini. Siapa tahu ada yang sudah mulai mudik.

Benar saja, informasi yang didapat mulai membuat cemas. Beberapa mengabarkan kalau membutuhkan waktu sekitar 6 jam mulai dari masuk kemacetan jalan tol Merak sampai naik kapal penyeberangan. Setelah bertanya-tanya tentang tips dan trik selama penyeberangan, akhirnya kami yakin masih bisa menjalaninya.

Sayang, berita di hari selanjutnya membuat keder. Ternyata pemudik di hari Kamis malam mulai membludak. Kembali mencari informasi dari teman-teman, rata-rata harus menembus waktu 12 jam sejak macet sampai bisa naik kapal.

Di kondisi ini, semakin khawatir mampu tidak, ya menembus kemacetan itu semua biar bisa menjalankan mudik yang nyaman. Akhirnya, kami memutuskan untuk berangkat lebih awal dari yang sudah dijadwalkan. Dari dini hari tanggal 30, kami geser ke hari Jumat, 29 April setelah menjalankan Salat Isya.

Sambil terus berdoa memohon kemudahan dan kelancaran, mudik menuju Sumatra untuk pertama kalinya melalui jalan darat (dan laut) dimulai.

Enam Belas Jam Perjalanan

Ucap syukur kami ucapkan karena perjalanan yang sudah dibayangkan akan sulit nyatanya diberi banyak kemudahan. Mulai dari tidak terjebak kemacetan di tol Merak, sampai dimudahkan untuk naik kapal dengan segera. Total waktu yang dibutuhkan semenjak kami berangkat dari rumah sampai naik kapal hanya enam jam saja. Bahkan lebih cepat dari teman-teman yang mudik di hari Rabu.

Walaupun waktu sandarnya memang lebih lama, butuh sekitar tiga jam di atas kapal yang berlayar sampai akhirnya turun, tetapi waktu tersebut masih masuk akal. Karena sempat mendapat berita ada yang sampai 6 jam di atas kapal. Duh, membayangkannya saja sudah tidak sanggup.

Namun, karena tidak mendapatkan cukup istirahat malam itu, akhirnya kami memutuskan untuk tidur dahulu di tempat istirahat pertama. Sekitar dua jam kami habiskan untuk memberikan cukup energi sebelum menempuh tol Transumatra yang berjarak sekitar 380 km.

Beberapa kali masih sempat mengistirahatkan diri sekitar 15-20 menit di beberapa tempat istirahat lainnya, hingga akhirnya kami sampai di rumah pukul 13. Hmm.. berarti sekitar 16 jam sejak berangkat dari Cijantung sampai di rumah Palembang. Itu pun sudah dimasukkan waktu istirahat yang mungkin sekitar 2-3 jam di tempat istirahat.

Berarti total di jalan sekitar 13-14 jam, yang masih dalam batas toleransi. Alhamdulillah.

Semoga mudik kali ini membawa berkah dan kebaikan. Selamat berkumpul bersama keluarga, happy Ied.