Kembali Belajar di Desa Pelajar

Banyak pelajaran penting setelah Bunda Cekatan kemarin selesai. Belajar cara menemukan masalah, memilah, lalu menentukan prioritas. Mana yang butuh dikembangkan saat ini juga atau ditunda belakangan. Mencari mana yang paling tepat untuk dikuasai sambil memperbaiki pola kebutuhan agar menjadi seseorang yang cekatan. Cekatan dalam menemukan kebutuhan diri, cekatan pula menemukan solusi. Hmm.. luar biasa.

Buat diri yang mulai menentukan prioritas setelah semua kekacauan setengah tahun pertama ini, cara-cara memilah memang teramat penting. Agar tidak salah langkah, termasuk tak salah memperhitungkan apakah kegiatan ini akan jadi di luar kendali. Pastinya ada efek baik yang didapat setelah berjibaku selama 7 bulan kemarin. Setidaknya aku mulai merasakan kehidupan yang mulai teratur dan ada maknanya.

Namun, tentu itu semua tidak mudah. Butuh banyak penyesuaian dan adaptasi agar perilaku benar-benar bisa berubah. Ternyata dukungan lingkungan teramat penting dalam membentuk habit itu. Agar tak keluar jalur, termasuk menjadi pengingat tentang tantangan yang sedang dijalankan. Mungkin itu alasan kembali bergabung di desa pelajar.

Tadinya, sih tidak mau ambil kelas-kelas dari Ibu Profesional lagi dulu karena merasa sedang overwhelmed sekali. Apalagi saat tahu kelas berikutnya masih di bulan Januari 2023. Namun, lagi-lagi karena ada kebijakan baru, maka yang mau ikut kelas tahapan di awal tahun nanti haruslah masuk ke Desa Pelajar ini. Hmm.. awalnya merasa, duh berat banget sih harus ikutan lagi. Inginnya mengurangi dulu hal-hal yang berbau tuntutan seperti ini. Apalagi kaitannya dengan capaian personal yang sesungguhnya tidak harus diprioritaskan dahulu. Namun, karena ini adalah syarat, ya sudah jalani saja.

Nah, kebetulan sebenarnya memang sedang ada target seputar kesehatan fisik dan mental. Hehehe, tetap ya. Fokusnya lebih pada kesehatan fisik yang sepertinya sudah benar-benar red flag. Jadi, kali ini aku mau fokus di situ dulu. Oiya, Desa Pelajar sendiri sebenarnya seperti perpanjangan tangan dari kelas Bunda Cekata. Seperti kelas pendalaman atau pengayaan sebelum masuk kelas Bunda Produktif yang kabarnya lebih menguras energi. Jadi, mungkin memang karena itulah dibutuhkan pematangan dari segi konsep dan pembiasaan agar ketika masuk ke kelas berikutnya tidak keteteran.

Konsepnya baik, kebetulan juga sedang ingin mengurusi fisik secara serius, jadi ikutan deh. Kali ini tidak bahas yang berat-berat dulu, seperti pengelolaan emosi. Namun, back to the basic, urus badan dulu. Perbaikan konsumsi makan dan olahraga teratur, itu target cekatanku sampai akhir tahun. Karena mental yang baik tak akan bisa lepas dari asupan yang baik. Bagaimanapun, apa yang masuk ke dalam mulut lalu diproses oleh tubuh, itulah bahan bakar yang digunakan otak untuk bekerja. Oleh karena itu, memperbaiki asupan, gizi, dan memperbaiki kebiasaan sehari-hari adalah kunci penting lainnya untuk mendapatkan mental yang sehat.

Kita bisa belajar dari bagimana kehidupan Rasulullah saw yang tidak pernah sakit seumur hidupnya, kecuali karena dua hal, terkena racun dan mau meninggal dunia. Artinya apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw sepanjang hidupnya patut dicontoh untuk mendapatkan kebugaran tubuh maupun kesehatan mental yang baik. Jangan-jangan selama ini kita sudah banyak zalim sama diri sendiri, sehingga keburukan konsumsi itu kembali dalam bentuk buruknya kondisi tubuh dan mental kita.

Perbaikan Fisio-Psiko-Spiritual

Maka, dalam kesempatan kali ini aku mencoba untuk memperbaiki dengan membuat peta belajar berkaitan dengan tiga hal, kesehatan fisik, kesehatan psikologis, dan kesehatan spiritual. Menurutku, sudah cukup perbaikan yang aku lakukan seputar psikologis dan spiritual dengan memperbaiki kebiasaan selama dua bulan terakhir ini, yaitu menyeimbangkan pengaturan waktu untuk tugas-tugas wajib, serta menambah porsi ibadah untuk meningkatkan nilai spiritualitas hati.

Kali ini sudah waktunya untuk fokus pada kesehatan fisik yang sudah bertahun-tahun terbengkalai. Jadi, kali ini aku mau mengunyah secara layak tentang diet sehat, gizi seimbang, dan olahraga yang tepat. Tentu seua sambil dijalani, bukan hanya dipelajari. Rasanya sia-sia ketika selama ini sudah punya ilmunya, tetapi masih belum bisa paripurna dalam melaksanakannya.

Tantangannya tentu banyak, tetapi bukankah tidak ada hal yang menarik di dunia ini kalau tidak ada tantangannya. Aku akan mulai dengan membaca buku-buku seputar diet sehat yang sudah diborong saat pergi ke Bandung kemarin. Yep, mengambil buku-buku tentang diet yang memenuhi lemari kakak perempuanku yang dulu maunya diet, tapi eksekusinya belum juga jalan.

Mungkin dengan belajar ke basic ini aku semakin bisa memahami, kebutuhan diri ini sesungguhnya apa. Karena sebenarnya makanan yang kita makan itu hanyalah untuk menegakkan badan semata. Tujuannya satu, agar bisa beribadah. Jika apa yang kita konsumsi ternyata membuat kita sulit beribadah dengan benar, artinya sudah waktunya kita memperbaiki semuanya.

Dari buku yang aku dapatkan aku ingin belajar:

  • Jenis-jenis makanan sehat dan gizi seimbang.
  • Menentukan makanan yang cocok dan mudah didapatkan untuk diri sendiri.
  • Membuat menu yang pas sambil mencocokkan dengan kebutuhan anak-anak yang picky eater.

Selain itu, aku mau mulai kembali berolahraga. Kembali mengaktifkan aplikasi Yoga Go! yang sudah ter-install semenjak dua bulan lalu. Kembai mengikuti channel Youtube Dien Limano tentang olahraga low impact. Dengan target minimal bisa mengerjakannya lima kali dalam seminggu. Tentunya kembali terasa berat ketika masih dipikirkan saja. Setidaknya dengan mulai benar-benar menyediakan 30 menit untuk mengerjakna itu semua.

Bismillah.

Yuk, kita belajar sehat bersama.