Merawat Diri, Merawat Mental Sepenuh Hati

Siapa yang paling butuh menjaga hati ini? Tentunya diri sendiri. Bukan orang lain yang harus bertanggung jawab bagaimana hati kita kembali baik.

Melainkan kita yang butuh kembali mengingatkan, ketenangan jiwa itu berasal dari kemampuan kita untuk menjaga diri. Ketenangan hati berasal dari kita yang mau memperbaiki dan merawat diri.

Sebagaimana isu kesehatan mental yang terus naik daun, sudah sepantasnya kita semakin memahami kalau tiada lagi yang bisa mengembalikan kondisi kita menjadi baik selain diri sendiri. Kita yang seharusnya memiliki kendali atas semua reaksi terhadap permasalahan kehidupan. Baik yang besar maupun kecil, semuanya seharusnya bisa kita hadapi asalkan mau mengubah sudut pandang dengan cara yang tak lagi sama seperti sebelumnya.

Di bulan Juli 2023 kemarin sebuah buku akhirnya hadir. “Merawat Hati, Merawat Diri,” judulnya. Buku yang ditulis bersama teman-teman psikolog yang memang fokus membahas tentang isu kesehatan mental.

Yah, apalagi sih kerjaan kami selain bahas tentang kesehatan mental? Mau itu di ranah pendidikan, pekerjaan, tua, muda, anak-anak, semua membahas hal yang sama, bagaimana kita semua bisa tetap sehat mental di tengah kesulitan yang ada.

Cover Buku “Merawat Hati, Merawat Diri”

Nah, fokus utama dari buku ini sendiri adalah membahas tentang cara merawat diri (self-care) dalam berbagai situasi. Ada pembahasan tentang self-care sebagai seorang ibu, care giver, para pekerja, atau terkait isu-isu mental, seperti Bipolar Disorder.

Di buku ini sendiri aku mengangkat sebuah isu yang ditulis berdasarkan pengalaman selama berada di komunitas ibu-ibu. Sebuah pemikiran bahwa seorang ibu, terutama ibu rumah tangga, yang sesungguhnya tak punya jeda antara perannya sebagai seorang ibu dan waktunya untuk diri sendiri. Sebagai seorang pekerja 24/7, ibu memiliki kecenderungan sendiri untuk mudah mengalami kelelahan emosional. Akibatnya, para ibu menjadi rentan mengalami masalah psikologis.

Sedikit bahasannya sempat aku singgung di acara bareng Quadra Sinergi  saat launching buku ini. Bisa disimak sedikit kesimpulannya di sini.

Tulisan kali ini memang lebih kental aspek keilmiahannya, dibanding tulisanku di buku-buku lain. Wajar saja ini adalah bunga rampai yang berisikan tulisan ilmiah populer, artinya memang lebih banyak ditulis based on artikel ilmiah. Namun, tetapi ditutup dengan solusi yang bisa dilakukan oleh para pembaca untuk merawat diri dan hatinya.

Meskipun isinya hanya sembilan artikel, tapi padat dengan pengetahuan, pemahaman, dan solusi. Tidak hanya membahas secara serius, tetapi juga memberikan sudut pandang baru tentang beberapa permasalahan yang mungkin jamak kita temui pada diri sendiri ataupun orang di sekitar.

Nah, karena sudah cukup lama, buku ini sebenarnya masih bisa dipesan langsung ke penerbitnya, Stiletto. Kamu bisa pesan langsung di toko oranye atau kalau pengen dapetin versi e-book nya sudah ada juga di Gramedia Digital, yay!

Merawat Diri yang Tak Berhenti di Sini

Sebenarnya dalam merawat diri yang terpenting bukan hanya kita tahu dan memahami sebab kita mengalami sebuah masalah. Melainkan kita mampu mencari jalan keluar agar tak lagi terpengaruh oleh masalah itu atau setidaknya sudah berdamai. Tujuannya adalah kita tak lagi sibuk dengan masa yang sulit itu, tetapi mampu untuk meraih kebahagiaan selepasnya.

Sayangnya, kita banyak fokus di sebab, mengulang-ulang bahwa itu memang luka, sehingga terjebak dalam pusaran yang sama. Akhirnya, bukannya keluar dari kegelapan malah terus terjerumus dalam kemarahan.

Padahal kita tak bisa demikian. Allah menciptakan lupa bukan tanpa sebab. Ia ingin kita tak mengingat hal yang tak perlu, tak ingin juga kita terluka terus-menerus. Namun, kita yang sibuk mengikuti nafsu, mengorek luka itu hingga selalu terbuka sampai tak terurus.

Bahkan hal buruk lainnya adalah kita yang makin lari karena tak sanggup menanggung rasa sedih di hati. Kabur karena merasa tak ada jalan baik dari setiap kesulitan yang telah Allah beri sampai detik ini.

Sejatinya kita sungguh egois kalau begitu. Hanya fokus pada diri sendiri, lupa kalau untuk merawat diri sebenarnya Allah sudah kasih rumusnya sejak kita kecil. Dekat dan beribadah kepada-Nya dengan kesungguhan hati. Namun, lagi-lagi kita sibuk menyalahi takdir yang tak bisa lagi berubah sebagai bentuk proteksi diri.

Yah, tapi bukan berarti kita harus berhenti di sini. Selagi masih ada waktu artinya masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri. Jangan lengah karena merawat diri tak berhenti hanya sampai di sini. Sampai kita hanya memahami yang bikin merana diri, tetapi apa yang bisa dilakukan agar kembali mendapat rida dari Ilahi.