September 2022: Belajar Kembali Membangun Kebiasaan Baik

Bagaimana bulan September mu tahun ini? Adakah hal baik yang sudah dilakukan?

Aku agak bingung mau mendefinisikan bulan ini sebagai apa. Apakah baik atau buruk? Hmm.. mungkin sama seperti bulan-bulan lainnya, selalu ada kebaikan, begitu pula hal buruknya. Namun, secara umum suasana hati yang dibangun selama satu bulan ini, berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya. Jelasnya, tidak lagi diselimuti oleh persaan gloomy dan keinginan untuk banyak bermalas-malasan (walaupun masih), tetapi juga tidak yang 100 persen luar biasa. Setidaknya, satu kalimat, “Aku mulai baik-baik saja.”

Lalu apa saja yang sudah aku lakukan selama bulan September 2022 ini?

Aku pikir cukup banyak kebiasaan baik yang mulai dibuat. Walau ada hari-hari saat keinginan untuk kembali dalam cangkang dan hanya diam di dalamnya itu begitu kuat. Namun, ada satu kegiatan yang menurutku berpengaruh signifikan dalam membangun beberapa kebiasaan baik selama satu bulan ini.

Dalam urusan rumah tangga, aku mulai menemukan kenyamanan mengerjakan semua tugas-tugas. Mulai bisa tahu seberapa banyak waktu yang harus aku habiskan untuk mengerjakan tugas-tugas tertentu. Mungkin ini juga yang membuat aku berani untuk kembali mulai melakukan satu hal baik itu, yaitu menulis.

Kali ini aku menantang diri untuk kembali pada kemauan menulis yang kuat dengan ikut kelas editor dari salah satu penerbit buku anak. Awalnya, tidak menyangka akan mendapatkan kelas ini. Diawali dengan coba-coba saja untuk nge-bit agar bisa masuk, ternyata takdir membawa aku masuk ke kelas ini. Sempat meragu, mampukah untuk mengkuti ritmenya. Apalagi kelas ini langsung disponsori oleh sebuah penerbit dan kita memang seperti sedang bekerja, menulis untuk penerbit tersebut. Bedanya, kita bayar saja, sih. He-he-he.

Jadi, aku dan 26 penulis buku lain masuk ke kelas ini tanpa tahu seperti apa kelasnya. Kupikir akan seperti kelas-kelas lainnya, yang materi, kebutuhan, cari ide, dan langsung nulis. Ternyata tidak! Pada masa pelatihan pra-penulisan, ada kebutuhan untuk melakukan riset pasar terlebih dahulu. Untuk itu, kami peserta harus membaca dari setidaknya 17 penerbit. Setiap penerbit harus menemukan 40 judul buku anak terbitan mereka. Belum lagi riset judul dari empat situs yang menyediakan buku anak gratis, laman membaca cerita anak, dan penyedia buku berbayar luar negeri. Wow, rasanya seperti digempur habis-habisan untuk selesai membaca semua itu.

Aku sendiri rasanya hampir menyerah untuk melakukannya. Apalagi saat ini masih ada hutang setidaknya 2 penerbit lagi dan sekitar 300 lebih judul yang harus dibaca. Gleg! kalau dihitung ternyata banyak juga. Namun, saat mengerjakannya, kok terasa happy saja. Apalagi sudah lama sepertinya aku tidak menyentuh buku-buku anak baru. Sudah setahun lamanya aku tidak menjambangi toko buku maupun tahu perkembangan buku yang baru terbit di agen-agen perbukuan. Artinya, ini seperti kesempatan langka untuk mendapatkan banyak melihat beragam buku yang sudah beredar di masyarakat maupun di dunia.

Sepanjang melakukan riset ini, ada banyak pemikiran yang membuat aku paham alasan riset dibutuhkan sebelum menulis. Pertama, tentunya membuka wawasan. Ketika selama ini kita pikir ide yang telah dimiliki adalah segalanya, ternyata tidak benar, Ferguso! Ada banyak orang dengan jutaan ide berhasil mengeksekusi ide itu dengan baik. Ada yang luar biasa membuat tercengang sampai tak habis pikir, dari mana ide itu berasal. Membuat ide yang sudah dipunya terkesan kecil sekali, tak ada apa-apanya.

Kedua, tentunya bisa melihat tipe-tipe buku yang telah dimiliki tiap penerbit. Bagaimanapun, setiap penerbit memiliki ciri khas, seperti apa buku yang rutin mereka terbitkan. Ini sebenarnya memudahkan kita untuk mencoba mengirimkan naskah ke penerbitan itu. Namun, hal ini tidak didapat hanya dengan membaca satu-dua judul saja. Butuh pengalaman menembus lebih dari 100 judul untuk paham karakteristik setiap penerbit serta perbedaannya dengan penerbit lain. Lagi-lagi, bikin melek mata buatku yang jarang meriset selama ini. Tahunya nulis aja.

Ketiga, ada dorongan untuk mendobrak habit buruk yang mulai terbentuk ketika aku memutuskan untuk resign. Tiba-tiba ada semangat yang memotivasi untuk kembali bangkit, aktif, dan melawan kemalasan itu. Sesuatu yang sebenarnya memang sudah sangat menggangguku, sampai-sampai membuat suasana hatiku terus kembali ke kondisi depresif. Setidaknya, berada dalam kondisi yang penuh tenggat waktu, banyak tuntutan ini, seolah mengembalikan energi dan motivasiku yang selama ini sudah tenggelam bersama kehidupan yang terasa begitu santai.

Meskipun demikian, aku berusaha tidak ngoyo atau memaksakan diri. Mengerjakan sebisa mungkin, sesuai waktu yang ditentukan. Walau sampai sekarang masih ada hutang, beberapa tugas lainnya bisa aku selesaikan tepat waktu. Aku mencoba kembali menata waktu dengan energi baru yang datang ini. Sambil menemukan kembali juga tujuan hidup yang sempat mengendur selama enam bulan terakhir. Mungkin memang, ini waktunya aku kembali memanjat setelah kembali dalam jurang yang kelam kemarin itu. Mengurai benang kusut kehidupan yang ada di kepala, dengan perlahan-lahan menata hati dan kehidupan.

Merancang Kegiatan Masa Depan

Satu yang mulai terbiasa aku lakukan adalah merancang kegiatan, menilai mana yang bisa dilakukan, mana yang tidak. Karena sudah mulai ajeg dengan urusan rumah tangga, aku mulai mencari lagi mana yang bisa aku lakukan untuk memenuhi kebutuhan diri. Agar waktu tak sia-sia habis dengan perilaku yang tak bermanfaat. Bukankah waktuku terlalu berharga untuk dihabiskan dengan cara yang biasa-biasa saja.

Selain itu, ada beberapa tawaran yang membuat aku mulai merasa bersemangat lagi. Baik itu untuk menulis ataupun memiliki peran secara keilmuan. Sekarang masih mencoba menentukan, kegiatan apa yang akan difokuskan selama tiga bulan ke depan. Setidaknya, untuk bulan Oktober sudah ada aktivitas yang terjadwal, semoga bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Belajar sekali lagi untuk melatih diri berhadapan dengan orang banyak. Melatih lagi untuk mengelola pikiran dan emosi agar bisa kembali maksimal.

Setidaknya apa yang dilakukan satu bulan mendatang menjadi bekal untuk bulan-bulan selanjutnya. Kembali membuat daftar mana yang boleh dan tidak boleh. Memilah mana yang prioritas dan tidak. Karena tetap saja tujuan hidup tak boleh keluar dari peran utama yang sudah dipilih, ibu rumah tangga. Jikalau ingin sibuk, maka menyibukkan diri untuk sesuatu yang manfaat bagi anak-anak. Memperbaiki diri agar terus bisa manfaat bagi keluarga. Naik level agar bisa kembali ke surga bersama mereka, mengapa tidak?

Sekali lagi, waktu itu semakin sempit. Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi, bahkan untuk beberapa detik ke depan. Terpenting kita menjalankan setiap detik hidup ini dengan sesuatu yang bermanfaat. Bagi kita, tentu yang manfaat itu bernilai ibadah kepada Allah swt semata.

Kalau kamu, apa yang sudah kamu lakukan? September belum benar-benar berakhir, maka temukan apa yang belum kamu lakukan. Belum terlambat untuk merancangnya dan melakukannya untuk tiga bulan mendatang. Setidaknya, sebelum tahun berganti ke 2023.