Liburan yang Tak Lagi Sama

Masa mudik sudah tiba, ke mana dirimu kali ini? Apakah kembali pulang ke kampung halaman atau pergi liburan bersama keluarga karena memang tak ada kampung yang akan dikunjungi? Atau hanya berada di rumah menikmati waktu bersama keluarga dekat yang tetap hangat meski tak perlu ke luar kota?

Libur lebaran kali ini agak berbeda buatku. Tentu saja masih dalam proses grieving karena lebaran kemarin tepat dua bulan setelah Mama pergi. Tentunya liburan ke kampung halaman tak lagi sama karena tak ada lagi Mama yang menanti menyambut diri ini.

Sekelebat momen kepergian Mama masih bermain dalam ingatan. Waktu-waktu di mana Allah secara cepat mengambil Mama yang tercinta. Tak bisa bilang mudah, tapi juga tak mau menganggapnya sulit karena tiap kejadian bukankah sudah menjadi suratan takdir Allah yang selalu baik buat kita, betul?

Tentu aku masih harus bersyukur. Libur lebaran kali ini masih tetap menyempatkan diri untuk pulang demi mengunjungi Papa yang telah sendiri. Dalam sakit dan kondisi fisik yang tak lagi prima seperti dulu, apa lagi yang bisa dilakukan oleh kami sebagai anak yang merantau jauh dari orang tua ini selain mengupayakan bertemu kala ada hari raya menanti?

Aku jadi teringat pesan Mama saat terakhir pulang dan bertemu dengannya Desember lalu. Secara tak langsung Mama berpesan untuk sering pulang bersama anak-anak. Saat itu aku pulang sendiri dan pesan itu begitu menohok. Pesan untuk pulang lebih sering membawa anak-anak menengok Papa. Seolah pertanda memang Mama tak akan lagi ada.

Secarik nasehat itu, entah mengapa membuat hati terasa perih. Karena tak akan ada lagi pesan-pesan lain yang hadir meskipun sekarang setiap kali bertemu momen tertentu, bayangan Mama begitu melekat. Seakan masih bisa mendengar suaranya yang menasehati.

Akhirnya aku harus menikmati momen ini. Saat ternyata Mama memang salah satu orang signifikan yang menumbuhkan diriku seperti sekarang. Karena tiap langkah, tiap momen akan selalu ada Mama di sana. Setiap kali aku menikmati sesuatu ternyata itu berkaitan dengan Mama.

Termasuk di liburan kali ini, rasanya sungguh ada yang berbeda. Tak lagi menemukan sosoknya di sana. Senang bercerita, tahu kalau anaknya sedang merasa susah, walau dirinya pun sedang penuh kesulitan dengan penyakitnya. Meski mencoba untuk membuat momen lebaran kali ini masih seperti saat ada Mama, baik makanan, peralatan makan, taplak meja, bahkan foto bersama, tetap ada yang membuat air mata tak terbendung.

Apalagi saat harus mengunjungi makam Mama. Seperti ada tembok yang butuh untuk diruntuhkan, tetapi tak bisa. Tembok yang masih mencoba menjaga agar ego ini tak runtuh seketika. Tembok yang menopang agar aku tetap tegar dengan semua ini.

Liburan ini tak lagi sama. Tak ada lagi Mama. Namun, apakah aku juga bisa tak lagi sama? Menjadi manusia yang bisa lebih lapang lagi menerima kehilangan ini tanpa menyisakan sedikit pun luka. 

Leave a comment